Menurut gue rada kocak ketika pembela LGBT (Lesbian Gay Biseksual Transgender) ngaku beragama. Apalagi agamanya samawi, Islam. Setahu gue, sebagai muslim yang gak pernah khatam Iqro, LGBT sebagai gaya hidup atau ideologi jelas harus ditolak.
Waktu bocah gue pernah denger namanya Nabi Luth. Nabi ini wajib di-imani pemeluk Islam. Dia adalah salah satu nabi yang di utus untuk "nyembuhin" kaumnya. Ya itu dari kegiatan "jeruk makan jeruk" semacam itu.
Ketika gede-an dikit, gue juga mulai cari tahu di kitab suci dan hadis (itupun dari browsing). Silahkan deh cari sendiri. Disitu bakal banyak ditemui pernyataan negatif untuk kaum Luth.
![]() |
Adam dan Hawa |
Ya kalo gitu ngga usah bawa agama. Bawa aja pacar lu ke penghulu... Inget, asal beda kelamin. Syarat mutlak.
Okelah kalo sekedar toleransi pribadi. Asal tidak mengganggu. Nah yang bahaya kan kalo sampai diberi hak untuk berekspresi menyatakan "kegilaan." Itu sama aja menganggap itu sebagai bawaan lahir yang tidak bisa diotak-atik.
Kalo sudah gitu, apa jaminannya jika tidak memunculkan gerakan yang lebih besar ? Seperti pelegalan pernikahan, mungkin ? Memang itu masih terlalu jauh. Tetapi setidaknya untuk peringatan dini. Bukankah kekhawatiran memunculkan kewaspadaan (dan kadang curiga ) ?
Lebih jauh. Coba bayangkan jika di keluarga tidak memiliki sosok ayah ataupun ibu. Setidaknya kabur secara jenis kelamin. Ayah yang bukan laki-laki atau ibu yang bukan perempuan.
Si anak yang menjadikan kedua orang tua sebagai role model dalam urusan "kelamin" dan bahkan peran, tentu akan menjadi limbung. Ayah adalah seorang lelaki yang menyayangi ibu berkumis, maskulin, berotot, dan tidak menyusui. Ibu seorang perempuan yang mencintai ayah yang bisa menyusui, haid, 'moody', dan 'mellow.'
Orientasi hetero akan mungkin terjadi jika pilihan lebih condong ke masyarakat yang juga hetero. Bagaimana andai mayoritas masyarakat juga berorientasi "jeruk makan jeruk" ?
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan jejak berupa komentar. Tetapi ingat, hargai pengunjung lain dengan sopan dalam berkomentar.