Sejujurnya gue pribadi udah rada
eneg' lihat motivator seliwar-seliwer, baik yang nongol di buku, koran,
majalah, radio, tv, atawa internet. Semuanya terasa sama, beti-beti, beda-beda
tipis. Sok bijak, gampangin masalah, dan terkesan cuma akrobatik kata dan
kalimat. Ngember.
![]() |
Ember |
Kebanyakan dari mereka cuma
menyentuh garis besar lewat kalimat-kalimat bijak syarat keindahan. Nggak aplikatif,
menukik, spesifik... Dan yang paling penting, mereka nggak punya jurus-jurus
khusus.
Gue sih yakin, banyak dari penikmat motivator itu sebenernya sudah
punya jawaban atas masalah mereka. Setidaknya pernah terbesit sekilas, atau
benar-benar ketemu (tapi tidak tahu harus bagaimana). Lalu, pertanyaannya,
untuk apa disimak ?
Ya macem-macem. Boleh jadi mereka
butuh semacam 'senderan' dari kata-kata emas. Mungkin juga untuk bahan quote socmed. Bahan ceramah di tongkrongan. Bahan nyindir
orang. Dan barangkali ada yang kelewat, bisa diisi sendiri... Silahkan.
Bukan maksud sombong... Tapi kalo
bisa digambarin, ibarat makan kebanyakan trus eneg'. Ya itulah yang gue rasain.
Kan motivasi bisa didapat di mana aja... Di agama, media, socmed, orang terdekat,
keluarga, teman, pacar, mantan, tukang sayur, bu'de pijit, mbok jamu, biduan,
dan segenap manusia dengan berbagai latar belakang.
Tapi pada akhirnya pandangan gue berubah juga. Gue harus menyerah pada "ember" lain...
Meski ngga tunduk total, tapi setidaknya gue punya cara pandang baru yang lebih segar, dan yang pasti ga bikin eneg'...
Baru-baru ini, gue baru aja
menghadiri seminar berjudul Teknohati_01 yang diadakan Katahati institute pada
31 Juli 2016 di Hotel Darmawangsa. Gue ikut pun karena gue (semi-dipaksa dan)
dibayarin sama sepupu gue. Sebenernya agak malas juga, cuma berhubung duit udah
masuk, ya ikut juga. Lumayan itung-itung tambah pengalaman dan pengetahuan.
Seminar ini kalo dibilang
merupakan kelanjutan dari buku-buku karya Erbe Sentanu. Gue sebelumnya juga
udah baca beberapa buku doi seperti Quantum Ikhlas dan Zona Ikhlas. Sejujurnya,
kedua buku tadi nggak terlalu berbekas buat gue. Sampe akhirnya gue ikut acara
ini, gue jadi paham hampir seluruh bangunan teori sekaligus aplikasi dari
metode yang Erbe Sentanu tawarkan. Lumayan memikat dan mudah untuk dilaksanakan.
![]() |
The Creation Of Adam |
Bisa dibilang, konsep teori dan
aplikasi yang doi tawarkan merupakan perkawinan antara tradisional dan modern.
Doi mengawinkan konsep Ke-Tuhan-an (tentu Tuhan dalam agama-agama samawi),
Sains, dan Teknologi.
Sebagai saran aja, kalo situ Atheis, atau punya 'tuhan-tuhan' yang
lain, sebaiknya jangan diteruskan membaca, apalagi membeli bukunya, atau
mengikuti seminarnya. Pasti tertolak semua.
Menurut pandangan Erbe
Sentanu yang juga terdapat dalam bukunya, bahwa manusia dilahirkan sudah
disertai kebahagiaan. Bahkan, kebahagiaan itu sendiri merupakan campuran dari
zat bernama jiwa. Zat itu seperti anak kecil yang polos dan selalu ingin
berbuat kebaikan. Apabila manusia berbuat kebaikan, maka akan tenang karena telah
dipenuhi. Namun jika sebaliknya, jiwa tersebut akan mencari-cari kebahagiaan di
luar diri yang bersifat jauh dari kata puas. Nafsu.
Bahkan bukan saja jiwa, Tuhan
juga telah menggariskan beberapa perkara seperti umur, rezeki, dan jodoh. Meski telah tergaris, namun perkara itu bersifat rahasia. Oleh sebab
itu manusia hanya bisa mengusahakan. Ketiga perkara itu pula bisa membawa manusia pada taraf kebahagiaan.
Doi menawarkan kesadaran sebagai
jalan untuk meraih kebahagiaan. Mengutip dari spiritual enterpreneur John Assaraf
dan Murray Smith, yang juga disampaikan di acara itu, bahwa "semua benda
terbuat dari atom. Atom terbuat dari energi. Energi terbuat dari kesadaran".
![]() |
Happiness |
Maka, untuk menarik kebahagiaan,
manusia sebagai pemilik kesadaran, bisa diibaratkan sebagai penerima energi. Penerimaan
itu tergantung dari positif atau negatif-nya seorang manusia. Apabila makin
positif energi yang dihasilkan, maka yang ditarik adalah energi positif pula.
Begitu juga sebaliknya.
Di kesadaran itu, manusia
memiliki piranti seperti pikiran, perasaan, dan indera. Ketiganya yang
menentukan positif atau negatif seorang manusia sebagai penerima energi. Karena itu pula, dapat dipastikan selama perjalanan hidup manusia sangat tidak mungkin seseorang selamanya menjadi positif ataupun negatif. Oleh sebab itu dibutuhkan keterampilan agar tetap stabil di jalur positif.
Ketiga ketrampilan itu berupa
sadar pikir, rasa, dan niat. Keterampilan itu semua harus di-positif-kan semua terlebih
dahulu agar mudah menerima energi positif yang bertebaran di jagat raya.
Namun, ketiga itu pula harus diberikan 'alas' berupa ikhlas. Sebuah kata
sederhana, namun sulit untuk dilaksanakan.
Lalu, bagaimana bentuk
ketrampilan itu ?
Masih ikhlas menunggu ? Sabar
ya...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus