Bahagia : Jalan Tuhan, Sains, dan Teknologi (Bagian 5-habis)


Sebagai manusia yang berke-Tuhan-an sudah sewajarnya segala tindak-tanduk dari hulu ke hilir harus diserahkan ke Dia. Karena elu, dan apalagi gue yang ngga bisa ketemu langsung dengan Tuhan, maka segala urusan dijembatani dengan doa.

Berdoa dimana saja
Di metode yang Katahati tawarkan, doa atau sebutan untuk goal praying merupakan tahap lanjutan dari seminar. Namun, berhubung gue ngga punya duit buat ngikut (mahal sih !), jadi gue cuma ikut yang Tekno Hati 01. Tetapi seenggaknya di Tekno Hati 01 juga dijabarkan sedikit tentang doa.

Doa di sini diartikan lebih luas dan tidak dibatasi dengan kegiatan ritual. Boleh jadi berupa sekedar harapan, niat, atau tujuan disembarang konteks.

Doa menurut tafsiran metode ini merupakan kenyataan yang tertunda. Apabila Kenyataan adalah bentukan Tuhan, maka doa adalah jembatan kita untuk membentuk kenyataan. Sehingga apabila doa itu hendak dikabulkan, seperti yang telah disebutkan di awal, maka harus ada kesesuaian pikiran dan hati (perasaan) di kutub positif.

Pikiran yang positif juga berarti menyelaraskan niat dan tujuan sesuai dengan kesadaran. Terkabulnya doa berkaitan erat dengan niat dan tujuan akan kesadaran tentang Tuhan, diri, hidup, hikmah, dan bahagia. Apabila doa belum terkabul, Katahati menyarankan memeriksa ulang akan lima kesadaran tersebut dalam hidup. Serta kandungan doa terkait dengan lima kesadaran tadi.

Fungsi piranti pikiran dalam doa tidak berhenti sampai di tingkat kesadaran. Doa yang baik harus diikuti dengan proyeksi, gambaran, atau imajinasi tentang apa yang diinginkan. Ini juga memudahkan kita untuk memunculkan perasaan ketika berdoa. Karena menurut Katahati, doa yang baik harus diikuti dengan perasaan.

Menyoal proyeksi perasaan dalam doa, metode ini menyarankan agar perasaan diarahkan menuju perasaan positif seolah-olah doa sudah terkabul. Kegiatan pengandaian atau seolah-olah ini juga ngga bisa dibilang gampang. Tapi butuh latihan terus-terusan dan berkelanjutan. Sehingga, lagi-lagi, proyeksi ini juga butuh kecerdasan emosional.

Setelah proyeksi doa di pikiran berupa imajinasi, dan di hati berupa perasaan, sekarang beralih kepada isi dari doa itu sendiri. Seperti yang elu dan gue tahu, doa biasanya berupa kalimat permohonan. Gue yakin elu pasti ngga perlu lagi diajarin nyusun kalimat indah untuk memohon kepada Tuhan. Tapi ada yang perlu diingat yang seringkali elu dan gue lupa.

Entah sudah berapa banyak doa yang dipanjatkan namun tidak pernah melibatkan orang lain dalam doa kita ?

Nah, Katahati menyarankan agar tiap doa ataupun pengharapan harus selalu ada keterlibatan orang lain. Maksudnya adalah ketika doa itu terkabul ada juga orang lain yang turut merasakan. Semisal begini, andai berdoa pengen kenaikan gaji, libatkanlah orang lain yang apabila kenaikan sudah didapat orang lain pun akan merasakan.

Lalu apa alasannya melibatkan orang lain pada doa yang sesungguhnya teramat pribadi ? Jawabannya simpel, karena Tuhan menyukai kebaikan dan penyebar kebaikan itu sendiri.

Komentar