Surat untuk Kuro Bagian 3

Jujur, atas kesadaran penuh gue sebagai teman, induk semang, dan bos, tujuan dari balasan ini tidak bermaksud merayu agar elu pulang. Tidak. Jangan pernah berpikir demikian.

Gue cuma nggak mau ada kesalahpahaman. Jangan cuma gara-gara tidak berbalas surat, lantas elu berpikir gue sedang ngambek.

Lagi pula ketidakpulangan elu ke rumah juga bukan menjadi soal. Rumah dan sekelilingnya nampak biasa saja, tak ada yang gempar. Kendati peristiwa lain, seperti pilkada Jakarta misalnya, juga tidak memberikan guncangan yang berarti. Semua baik-baik saja, aman dan terkendali.
Penampakan terakhir sebelum meninggalkan rumah

Memang, Ibu, Kakak, dan Adik, bos lu yang lain, juga seringkali bertanya kemana diri lu. Namun itu tidak berlangsung lama, hanya pertanyaan yang terdengar basa-basi. Gue pun nggak mau menjelaskan ke mereka kemana elu pergi. Disamping emang gue nggak tahu, gue juga menganggap hal itu percuma. Itu sama saja menantang kehendak alam. Lagipula, apa gunanya melarang kucing yang suka pergi dan datang sesuka hati ?

Namun, jika gue boleh sotoy perihal kepergian elu, mungkin ada kaitannya dengan surat yang terakhir elu tulis, kan ? Jika memang iya, mungkin gue bisa memberikan pandangan manusia setengah hewan, dan bukan manusia sepenuhnya tentu saja. Tujuannya sederhana saja, biar elu bisa mencerna dengan mudah. Itupun juga buat mengantisipasi jika ada kesalahan agar segera diberi ampun. Maklum saja, solusi manusia setengah hewan. Hehehe...

Baiklah, Kuro yang berarti hitam, sepekat malam, yang berjalan selayaknya bayangan apabila malam, tanpa sosok dan suara... Entah elu sedang membacanya dimana, entah di rumah majikan yang baru atawa di warnet, gue nggak peduli.

Dari surat lu yang terakhir, gue bisa menangkap bahwa elu lagi jatuh cinta. Gue mengerti akan keadaan itu, i feel you. Cuma sebagai pemula dan amatiran, perlu sekiranya lu menuntaskan penjelasan gue. Yang moga-moga bisa memberikan pencerahan sekaligus inspirasi buat rencana-rencana lu ke depan.

Sekedar elu tahu aja, sebelum berbicara tentang lain-lain, elu perlu mengerti tentang apa itu cinta. Ini penting, soalnya kalo elu mengerti tentang definisi, elu juga bisa paham penyelesaiannya. Walau sebenernya ngga selalu begitu di dunia manusia. Hehehe...

Sedang lucu-lucunya
Di banyaknya definisi dan pengertian yang gue kumpulin di internet, dari berbagai sudut pandang, seenggaknya cinta itu berkaitan dengan tiga hal, subyek, obyek, dan perasaan. Intinya adalah ketika elu, sebagai subyek yang mencintai sesuatu, elu bakal mempunyai perasaan untuk selalu dekat, bersama, memiliki, bahkan menguasai obyek. Di pengertian yang luas, bukan sekedar hubungan betina-jantan, obyek bisa berupa makanan, mainan, atau kerdus sekalipun. (Mengingat elu seekor kucing)

Tapi perlu diingat juga, karena perasaan itu pula, elu harus siap memunculkan jiwa liar elu. Seperti agresif ataupun defensif. Terutama saat obyek mendapatkan ancaman, baik secara fisik ataupun verbal. Biasanya reaksi subyek bakal lebih garang terutama saat ancaman dapat menghilangkan obyek tersebut.

Itu mengapa kata beberapa manusia, bahwa cinta dan benci itu seperti sekeping logam. Elu ngga pernah bisa menerima salah satunya dan membuang yang lain. Karena ketika cinta tumbuh, secara langsung atau tidak, elu juga sedang menyemai benci. Elu harus menerima kedua-duanya, dan itu membutuhkan kedewasaan untuk menerima kenyataan itu.

Semisal, dalam kasus elu, Kuro suka dengan Telon. Elu cinta dengan Telon, tetapi di sisi lain (mungkin) elu akan benci dengan kucing-kucing lain yang mencoba mendekati dia; Elu juga bakal benci ketika ada kucing lain yang nyakar dia; Boleh jadi elu akan bersikap defensif kepada kucing lain yang menyerang dia walaupun sekedar "meong"-an semata; Mungkin elu bakal benci sama dia ketika gagal mendapatkannya atau benci kepada hal-hal yang membuat elu gagal; Atawa elu akan membenci setiap ancaman-ancaman yang mungkin datang di kemudian hari yang bakal mengganggu eksistensi elu berdua. Begitu seterusnya, dan banyak contoh yang nggak bakal kelar selama seminggu jika mau dijabarin semua.

Karena kenyataan itu, juga bukan berarti elu harus takut akan cinta karena menghindari kebencian. Jangan. Cukup maklumi saja. Gue sebagai bangsa manusia paham, bahwa kebencian itu timbul karena keterbatasan-keterbatasan sebagai manusia. Kami yang masih "terkungkung" tubuh biologis, pikiran, perasaan, dan nafsu, tidak akan pernah lepas dari itu. Apalagi sekedar kucing yang tidak mengenal kata "pamrih", namun melakukannya terus menerus.

Mengajarkan sadar kamera sejak dini
Memang pamrih disini tidak sekedar berupa perbuatan nyata atau benda berwujud, bahkan perasaan senang, lega, dan puas juga bisa dijadikan alasan. Intinya adalah ego yang berbicara di sini.

Jadi, kalo elu browsing dan membaca di socmed atawa portal berita tentang quote-quote semacam, "jangan mencintai seseorang hanya karena, tetapi walaupun". Saran gue sih ngga perlu nyinyir apalagi sampe ajak debat. Kasih cengiran aja cukup. Anggap aja dia lagi akrobat kata-kata yang hanya mempertontonkan keindahan.

Padahal, kalo mau jujur dengan bathin masing-masing yang terdalam, tanpa harus menunggu hari pembalasan. Dimana semua anggota badan berbicara. Pada akhirnya setiap subyek pecinta pasti memiliki alasan mencintai sesuatu, dan tanpa walaupun tentunya. Karena bagaimana mungkin seseorang dalam keadaan jatuh cinta bakal melihat kecacatan ?

Tujuan gue menelanjangi kenyataan macem gini adalah agar elu bersiap untuk berani memperjuangkan cinta - sekaligus memupuk kebencian juga. Karena dalam kasus lu, gue setuju untuk bilang bahwa cinta yang elu alami itu berat. Ya, karena elu seperti halnya kisah pewayangan, yang bersiap perang di padang kurushetra. Elu harus siap berseberangan dengan sodara sendiri.

Tetapi, seperti yang telah gue singgung sebelumnya, bahwa cinta adalah pamrih. Maka, elu juga harus berhitung tentang apa yang elu dapat dan korbankan. Apakah yang bakal elu terima bakal sepadan dengan mengorbankan saudara ?

***

Maaf nih kalo tulisan gue terkesan sotoy, tapi itulah yang bisa elu dapatkan ketika meminta jawaban dari seorang manusia. Gue emang sengaja membeberkan sesuatu yang realistis yang gue anggep lebih praktis buat lu yang lagi di antah berantah. Mungkin di rumah majikan baru, amin. Atau di alam liar, semoga tidak.

Namun jika elu ingin tahu cinta yang ideal, murni, dan tanpa pamrih, yang boleh jadi mustahil bagi seluruh mahluk. Mungkin masih ada... Cinta Tuhan, Allah SWT, kepada ciptaan-Nya (jika elu percaya). Karena bagaimana mungkin Dia yang omnipotent menciptakan segala sesuatu tetapi tanpa bermaksud menambahkan atau mengurangi bagian dari diri-Nya. Tanpa alasan seperti halnya cinta yang benar-benar murni. Pun juga tanpa kebencian...

Komentar